Twitter!

kalau memang pengen melihat saya lebih terbuka, ekspresif, dan atraktif.
ada baiknya memfollow twitter saya di www.twitter.com/jekoreza

see you soon! :)

Pendidikan?

Setelah kurang lebih 2 minggu menjalani UTS, akhirnya pada hari ini saya kembali meretouch blog ini, oke, dikarenakan adanya beberapa hal yang agak cukup menyita waktu saya untuk tidak online dalam beberapa jangka waktu yang agak lama dan akhirnya (phew) saya berpikiran untuk menulis sesuatu yang seharusnya saya sampaikan secara jor-joran pada tanggal 2 mei (yang akhirnya terealisasikan baru hari ini.)

Tanggal 2 mei adalah hari dimana negara kita memperingati Pendidikan Nasional (as known as HARDIKNAS-Hari Pendidikan Nasional). Kalau kita renungkan lebih dalam HARDIKNAS adalah hari dimana seharusnya kita sadar bahwa sudah sejauh mana perkembangan Pendidikan negara Indonesia tercinta sampai saat sekarang ini. Sejauh mana sih pemikiran kita tentang pendidikan? Buat apa sih HARDIKNAS itu ada di Indonesia?
Sebelum lebih jauh casciscus tentang HARDIKNAS, saya mengutip definisi tentang Pendidikan dari Wikipedia;

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Kalau dilihat dari definisi pendidikan itu sendiri, sudah jelas diketahui bahwa Pendidikan mampu menciptakan proses pembelajaran yang mengakibatkan kita aktif untuk mengembangkan apa yang kita punya dalam pencapaian unsur2 keagamaan, pengendalian diri, dan sosial. Semua itu dicanangkan dalam proses kegiatan belajar mengajar atau KBM. Pendidikan adalah hal yang sangat mempunyai efek besar di dalam hidup ini, kalau ditelaah lebih dalam lagi, kita tidak bisa hidup tanpa pendidikan, karena dengan pendidikanlah, kita bisa membaca dan menulis, serta berpikir kritis dan tanggap.

Yang sangat disayangkan, akhir-akhir ini para generasi penerus bangsa sudah diracuni oleh waktu dan teknologi, serta gaya hidup yang merupakan perpaduan akulturasi yang sangat berlebihan. Anak-anak muda sekarang cenderung lebih melakukan aktifitas sosial dan lebih menikmati gaya hidup mereka dengan berlomba siapa yang paling gaul. Dalam proses KBM atau sekolah, mungkin mereka hanya mengesampingkan hal yang seharusnya menjadi prioritas utama mereka di hidup ini. Saya benar-benar prihatin dengan hal ini, dan ironisnya hal ini pun terjadi dengan teman dekat saya sendiri. Ketika pada saat itu kebanyakan dari mereka hanya mengingat jadwal hari minggu mereka dan apa yang harus mereka lakukan pada saat itu. Oke, saya tidak berharap banyak kok kalo seharusnya mereka dapat melakukan kontribusi yang lebih dalam memperingati HARDIKNAS, setidaknya, mereka seharusnya tau bahwa pada saat itu adalah HARDIKNAS, cuman itu saja kok, tidak lebih. Tetapi kenyataannya tidak seperti itu, mereka malah melupakan HARDIKNAS dan lebih mengingat hari minggu adalah hari biasa dimana mereka harus melakukan aktifitas bodoh seperti belanja, makan di luar, berpacaran..yang memang mereka sudah lakukan di malam minggunya! yah mau dikata apa, sebenarnya kalau Pendidikan itu tidak ada di hidup ini, kita sebagai manusia, mau jadi apa? Tanpa pendidikan, kita tidak bisa lulus sekolah dan baca tulis, kita hanya akan menjadi makhluk primitif yang bodoh dan tidak akan tahu apa yang seharusnya kita lakukan, dan tidak ada visi misi untuk masa depan kita. Namun, Pendidikanlah yang mengubah kita sebagai kaum intelektual dan penuh pikiran-pikiran yang brilian, pendidikanlah yang mampu membuat kita terus untuk belajar, dan belajar lebih mengenai ilmu yang kita dalami. Dan sukses membuat kita menjadi orang yang telaten di dalam bidangnya. Dan, dengan adanya HARDIKNAS, kita sebagai manusia, dan tentunya warga negara RI, setidaknya mengingat dan berterimakasih kepada pendidikan itu sendiri.

Umur

Siang-siang panas di jakarta merupakan suatu keadaan yang sangat lumrah dan tidak bisa dipungkiri lagi, semua orang selalu mengeluh soal keadaan yang terjadi di ibukota ini. Begitu pula dengan saya, setiap kali pulang kuliah dan selalu dengan keadaan mood yang tidak terkontrol. Ganti baju, buat es milo, nyalain laptop, dan mendengarkan musik. Di sela kegiatan yang saya lakukan tersebut, terdengar suara wanita tua yang kira-kira umurnya sekitar 65 tahun yang suaranya masih terdengar jelas dan lantang dan berteriak; "kue..kuee.."

"wah si Ibu Kue udah dateng!"

kebetulan banget di cuaca yang sangat panas itu saya sangat lapar, es milo udah ada.. tinggal cemilannya yang belum nih.. kebetulan si Ibu Kue adalah langganan keluarga saya sejak kecil. Dari zaman nenek saya sampai zaman saya si Ibu Kue ini masih tetap eksis berjualan keliling di komplek saya (pas zaman nenek saya, Ibunya si Ibu Kue ini yang berjualan, tetapi sekarang udah almarhum :<). Perawakan si Ibu Kue ini tidak pernah berubah, semenjak saya dari TK, dia selalu berjualan keliling di komplek saya sambil meneriakan kalimat yang sama: "Kuee...Kuee..ada lupis, ada gemblong, ada ketan, ada pastel", Anehnya sampai sekarang dia masih mengeluarkan kalimat yang sama loh! Hanya saja pas zaman saya waktu kecil dia berjualan sendiri dengan membawa beberapa rantang besi (dia masih sangat kuat menenteng pada saat itu) tetapi beberapa tahun belakangan ini dia ditemani oleh seorang gadis muda yang akhirnya membantu dia membawakan rantang-rantang besi tersebut. Kue si Ibu Kue ini sangat enak! very recommended, dan rasanya tidak pernah berubah dari zaman nenek saya. Saya sangat suka gemblongnya dan pastelnya, sambelnya? beuuuuuuuh... mantep banget! Si Ibu Kue selalu menghafal muka saya sedari kecil, dia juga mengenal baik keluarga saya, mulai dari Nenek saya sampai Ibu saya.

Saya sangat salut kepada Ibu Kue, dia merupakan sosok wanita yang mengabdi kepada pekerjaannya. Kita tidak berbicara soal materi disini, sudah pasti dia sukses dengan usaha kuenya tersebut yang dia lakoni lebih dari belasan tahun. Tetapi di umurnya yang renta ini, dia masih melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh wanita sebayanya lagi, di panas terik dan cuaca yang tidak bersahabat (hujan) dia selalu berjualan kue dan mengeluarkan suara lantangnya. Semangat yang benar-benar tidak pernah padam. Saya terharu kepada Ibu Kue, Ibu Kue merupakan representasi emansipasi wanita yang tidak memperhatikan umur sebagai suatu batasan untuk melakukan hal apapun. Semoga post kali ini bermanfaat bagi kalian semua yang membaca, bahwa usaha dan semangat Ibu Kue menginspirasi kita semua di kehidupan ini.

Panjang umur Ibu Kue, I love you.

Dan selamat Hari Ibu Kartini :)

secret letter - 密書

ねえ、ブラック&ホワイト

私はあなたを満たしていない知っている。
と私は、私はあなたに、直接話していない知っている。
しかし、あなたは...知っている
僕は君に恋しているんだ。
その日曜日から、うちの私達の最初の会議..
私はあなたを友達として追加しました。
と思った場合は、親切で謙虚された。
あなたはスマート描画示すれています。
私はあなたの大ファンです。
私はあなたの写真を愛し、イラストを作るにあなたのアイデア。
しかし、その日..から
あなたは私を...だ
あなたは病気だ。
私はかなり..驚いた
しかし、..
私はまだ、私はまだあなたのFacebookを利用し..ストーカーを私称賛よ
ピークのステータスの更新今夜まで。
私は何の問題私..とかはわからない
私は私の気持ちに対処することはできません
あなたは私は怒って、作る
あなたは病気あなたの気分だとした。
どこでも。
私はあなたがこの..を読んでほしい
あなたはこの..について理解していないが、
私は私の気持ちを伝えることができない場合は、..知っている
我々は、..異なっている

ええ..別の..

そうなら、どんな解決策これを解決しなければならないのですか?
私はあなたを...削除できません。 :__________(

Obsesi

"I do not think that obsession is funny or that not being able to stop one's intensity is funny."

Okay..all is well *inhale, exhale*

*saya berjanji saya tidak akan menceritakan apa yang saya lihat secara eksplisit*

beberapa bulan yang lalu saya menemukan kejadian yang cukup mengagetkan (semoga tidak ada oknum yang merasa disini) di situs pertemanan saya. Ternyata kata orang mengenai "facebookmu harimaumu, atau statusmu pedangmu" adalah benar adanya. Gara-gara obsesi, beberapa orang tersinggung akibat ulahnya (dan status facebook). Kali ini saya mempunyai seorang teman yang saya kenal baik dia, baik dari dalam maupun luar. Dia merupakan orang yang sangat cuek dan santai, well, tidak terlalu memperhatikan gaya hidupnya sih, dan tidak terlalu memperhatikan apa yang ada di sekelilingnya dia, yang pasti dia hanyalah pribadi yang sederhana dan tidak terlalu mencolok. Tetapi dalam kurun waktu yang cukup lumayan lama, pribadi dia berubah menjadi orang yang dipenuhi oleh obsesi dan mimpi. Justru itu merupakan hal yang sangat baik, bayangkan, dari orang yang malas dan tidak ada semangat untuk berusaha menjadi orang yang dipenuhi oleh kobaran api semangat dan selalu dalam high tense, dan pada awalnya dia menjadi orang yang benar-benar berbeda seperti yang saya kenal dulu, melihat dari status facebooknya dia selalu menunjukan kalau dia benar-benar dalam keadaan yang sangat menggebu-gebu. Well, saya turut senang dengan keadaan dia yang berubah 180 derajat, tidak tahu kenapa dan apa alasannya yang membuat dia seperti begitu. Lama kelamaan, yang saya lihat sepertinya sekarang dia telah berubah menjadi seorang yang penuh dengan obsesi dan mimpi yang berlebihan, dia ingin mencapai mimpi tersebut bagaimana caranya, walaupun dia berada di bawah tekanan dan keadaan yang tidak memungkinkan. Sehingga obsesi yang membayangi dirinya ini menghantuinya dan memaksa dia untuk lebih kritis dan lebih tajam bila berbicara, well, terdengar ironis memang. Kali ini, saya berpikir bahwa dia bukanlah yang saya kenal, melainkan dia yang dipenuhi oleh mimpi dan obsesi yang kini telah menyatu di dalam dirinya. Menurut saya, mimpi dan obsesi merupakan cerminan dari apa yang kita inginkan dalam kehidupan ini, untuk mencapai obsesi tersebut kita harus berusaha keras dan berpikir bahwa tidak ada satu orangpun dapat menghalangi kita untuk mencapai si obsesi ini. Tetapi pada kenyataannya, sepertinya dia telah mengajak kompromi si obsesi sehingga si obsesi ini menempel di dirinya sehingga dia tidak bisa menemukan tujuannya, sepertinya dia terbelenggu oleh obsesinya sendiri, walaupun intensitas dalam semangatnya semakin menggebu-gebu dan pantang menyerah, si obsesi ini sepertinya "menyuruh" dia untuk menghiraukan yang lain atau bahkan memusnahkan siapapun yang melawannya.
Terdengar agak seram sih, kalo dalam kasus kehidupan sehari-hari katakanlah ada orang yang terpendam obsesinya untuk memiliki si X, dan si orang ini akan melakukan apapun caranya (menghalalkan segala cara) untuk mendapatkan si X, tak peduli apakah si X dimiliki orang lain, kalau memang dimiliki oleh orang lain, si orang ini akan melakukan cara apapun untuk menghabisi si orang yang memiliki si X ini. (saya jadi teringat film Fiksi..hehehe)
Nah, sekilas mengenai obsesi telah saya jelaskan.. masalahnya adalah, apakah dia yang telah terbelenggu oleh obsesinya sendiri akan melakukan hal yang merugikan dan menyinggung perasaan orang lain?

*diam sejenak*

Reach the dream, but don't make the dream become the doll

Distance -Part 2

"Sometimes I think that if I wasn't so good at pretending to be, I'd be better at actually being happy."

Rabu, 20 Agustus 2008, 10.00 pm

Part 2 -Kampus

Aku jengah mendengar kebisingan suara-suara omongan orang luar ketika aku berusaha untuk metatap tatanan kata-kata dalam buku kuliah yang menurutku tak lagi bisa kubaca pada saat itu, kurasa hari-hari pertamaku sebagai mahasiswa bisa dibilang gagal. Banyak orang yang mengenalku dengan baik, tetapi aku tidak bisa akrab dengan mereka. Begitulah aku, aku mengambil tas dan memasukan semua alat-alatku dan mengambil langkah pulang ke rumah.

Melewati rumah Rasa adalah hal yang terlalu biasa bagiku, tetapi bertemu dan mengunjungi keluarganya merupakan hal yang sangat aku rindukan. Rasa berbeda kampus denganku, dia mengambil jurusan Psikologi dan dia tidak kuliah di kota ini. Jelas saja hubunganku dengannya sangat renggang dan banyak alasan mengapa aku tidak bertemu dengan dia sebegitu lamanya (yang menurutku inilah waktu terlama aku tidak bertemu dengan Rasa),

Aku telah menjadi mahasiswa sebuah Universitas dan mengambil jurusan Fisika. Aku bukan mahasiswa yang spektakuler di kampus, bukan juga seorang kutu buku yang setelah kuliah langsung mengambil jalan pintas ke esok hari, yakni pulang. Bulan ini benar-benar berbeda dengan bulan sebelumnya, dimana aku menghabiskan waktu luangku di rumah dengan melakukan hal-hal yang seperti aku pikir sudah merupakan sesuatu yang mencapai titik bosan. Kuliah merupakan hal yang menyenangkan, hanya saja aku bertemu kembali dengan orang-orang munafik yang menyamar dengan menggunakan nama "baik", "ramah", "cantik", dan "setia kawan". Sepertinya aku memang muak dengan SMA, aku selalu dikondisikan dengan pertemuan manusia-manusia yang mempunyai karakter seperti itu, dan, di dunia perkuliahan, Tuhan memang adil, dia mempertemukan aku kembali dengan orang-orang yang berbeda tetapi dengan perlakuan yang sama, different people, same shit. Alasan kenapa aku membenci nama-nama itu? Tidak usah panjang lebar, aku sudah tahu hidup sepertinya berbentuk apa, ada malaikat dan ada iblis. Bahkan, ada pula iblis yang mengaku-ngaku sebagai malaikat, ketika si iblis-iblis palsu ini mencoba untuk menolongku keluar dari masalah, mereka justru membuat teori inversi yang menjerumuskanku lebih dalam ke masalahku. Sepertinya mereka memang iblis biadab yang tidak punya purpose kenapa dan apa tujuan mereka membuatku jatuh seperti ini. Mungkin itu sebuah kebiasaan psikotik yang menyenangkan dan memuaskan mereka, aku biarkan sajalah. Karena itu ini merupakan hal yang sangat mengangguku di awal perkuliahanku, mungkin aku belum menemukan orang yang cocok yang seharusnya bisa kupanggil teman. Layaknya Rasa, yang bisa mendengarkanku dan memberikan aku masukan-masukan yang seharusnya aku lakukan.

Dunia kuliah membuatku sibuk, Fisika bukanlah hal yang mudah untuk dipelajari, banyak tugas dan segala macam yang harus aku selesaikan dalam kurun waktu yang sangat singkat. Mungkin aku telah melupakan semua hal yang aku lakukan selama liburan dan masa dimana aku belum kuliah..

satu hal...

bersambung

痛み - Pain

People are afraid of themselves, of their own reality; their feelings most of all. People talk about how great love is, but that's bullshit. Love hurts. Feelings are disturbing. People are taught that pain is evil and dangerous. How can they deal with love if they're afraid to feel? Pain is meant to wake us up. People try to hide their pain. But they're wrong. Pain is something to carry, like a radio. You feel your strength in the experience of pain. It's all in how you carry it. That's what matters. Pain is a feeling. Your feelings are a part of you. Your own reality. If you feel ashamed of them, and hide them, you're letting society destroy your reality. You should stand up for your right to feel your pain.

人々は、痛みは避けられないと思うかもしれません、苦しんで省略可能です。それが人生..