Distance -Part 2

"Sometimes I think that if I wasn't so good at pretending to be, I'd be better at actually being happy."

Rabu, 20 Agustus 2008, 10.00 pm

Part 2 -Kampus

Aku jengah mendengar kebisingan suara-suara omongan orang luar ketika aku berusaha untuk metatap tatanan kata-kata dalam buku kuliah yang menurutku tak lagi bisa kubaca pada saat itu, kurasa hari-hari pertamaku sebagai mahasiswa bisa dibilang gagal. Banyak orang yang mengenalku dengan baik, tetapi aku tidak bisa akrab dengan mereka. Begitulah aku, aku mengambil tas dan memasukan semua alat-alatku dan mengambil langkah pulang ke rumah.

Melewati rumah Rasa adalah hal yang terlalu biasa bagiku, tetapi bertemu dan mengunjungi keluarganya merupakan hal yang sangat aku rindukan. Rasa berbeda kampus denganku, dia mengambil jurusan Psikologi dan dia tidak kuliah di kota ini. Jelas saja hubunganku dengannya sangat renggang dan banyak alasan mengapa aku tidak bertemu dengan dia sebegitu lamanya (yang menurutku inilah waktu terlama aku tidak bertemu dengan Rasa),

Aku telah menjadi mahasiswa sebuah Universitas dan mengambil jurusan Fisika. Aku bukan mahasiswa yang spektakuler di kampus, bukan juga seorang kutu buku yang setelah kuliah langsung mengambil jalan pintas ke esok hari, yakni pulang. Bulan ini benar-benar berbeda dengan bulan sebelumnya, dimana aku menghabiskan waktu luangku di rumah dengan melakukan hal-hal yang seperti aku pikir sudah merupakan sesuatu yang mencapai titik bosan. Kuliah merupakan hal yang menyenangkan, hanya saja aku bertemu kembali dengan orang-orang munafik yang menyamar dengan menggunakan nama "baik", "ramah", "cantik", dan "setia kawan". Sepertinya aku memang muak dengan SMA, aku selalu dikondisikan dengan pertemuan manusia-manusia yang mempunyai karakter seperti itu, dan, di dunia perkuliahan, Tuhan memang adil, dia mempertemukan aku kembali dengan orang-orang yang berbeda tetapi dengan perlakuan yang sama, different people, same shit. Alasan kenapa aku membenci nama-nama itu? Tidak usah panjang lebar, aku sudah tahu hidup sepertinya berbentuk apa, ada malaikat dan ada iblis. Bahkan, ada pula iblis yang mengaku-ngaku sebagai malaikat, ketika si iblis-iblis palsu ini mencoba untuk menolongku keluar dari masalah, mereka justru membuat teori inversi yang menjerumuskanku lebih dalam ke masalahku. Sepertinya mereka memang iblis biadab yang tidak punya purpose kenapa dan apa tujuan mereka membuatku jatuh seperti ini. Mungkin itu sebuah kebiasaan psikotik yang menyenangkan dan memuaskan mereka, aku biarkan sajalah. Karena itu ini merupakan hal yang sangat mengangguku di awal perkuliahanku, mungkin aku belum menemukan orang yang cocok yang seharusnya bisa kupanggil teman. Layaknya Rasa, yang bisa mendengarkanku dan memberikan aku masukan-masukan yang seharusnya aku lakukan.

Dunia kuliah membuatku sibuk, Fisika bukanlah hal yang mudah untuk dipelajari, banyak tugas dan segala macam yang harus aku selesaikan dalam kurun waktu yang sangat singkat. Mungkin aku telah melupakan semua hal yang aku lakukan selama liburan dan masa dimana aku belum kuliah..

satu hal...

bersambung

0 comments:

Post a Comment