Distance -Part 1

*diambil dari sudut pandang perempuan, untuk yang merasa.. bagus deh :p*

"What will survive of us is love."

Minggu, 6 Juli 2008, 2:00 pm

Part 1 - Network

Facebook sangat membosankan sekarang saat ini, twitter? aku bukan seorang pecandu gosip yang sering menggunjingkan teman-temanku yang mungkin sekarang sedang asik mencari sensasi. Aku mungkin bisa menulis blog, tetapi otakku buntu, nyatanya, aku tidak pandai menulis. Otakku benar-benar pas-pasan, baru masuk kampus bergengsi ini saja sudah untung-untungan. Aku tidak ada kegiatan yang pasti, melakukan aktivitas social networking pada saat ini merupakan kegiatan yang begitu membosankan dan kosong. Mungkin lebih baik aku pergi ke rumah Rasa, dimana dia selalu mendengarkan keluh kesalku di saat aku membutuhkan dia.

Sayangnya, rumah Rasa sepi dan tidak ada orang, sepertinya dia sedang keluar. Aku kembali lagi ke rumahku menaiki sepedaku yang kini sepertinya sudah tidak layak pakai lagi. Di rumah, Ibu menyuruhku kembali untuk membeli keperluan masak sore, dan akhirnya aku keluar lagi menuju toko terdekat. Di perjalanan akupun bertemu Rasa dan akhirnya kami mengadakan obrolan ringan. Saat pulang dari toko, bersama Rasa yang aku bonceng, kami menghampiri taman dekat rumah dimana Rasa tinggal. Dan kami berbincang-bincang disertai dengan topik yang ringan.

"Jadi?"
"Jadi apa?" tanyaku,
"Maksudnya, ada perkembangan?" tanya Rasa kembali,
"Tidak" jawabku singkat,
"Oh"
"Kenapa?" tanyaku,
"Tidak"
"Aku pikir, ada jalan keluar yang lebih baik daripada facebook" aku berkomentar,
"Tapi itu yang paling baik, menurutku" timpal Rasa,
"Aku tidak suka permainan facebook, terlalu munafik"
"Lantas?"
"Aku ikuti alur saja" jawabku
"Lalu sampai kapan?" tanya Rasa,
"Entah" jawabku

Rasa berdiri menghadapku lalu dia berbicara;
"Kamu belum berubah. Aku berpikir bahwa liburan bisa mengubahmu lebih baik. Namun ternyata salah, kamu tidak bisa menafsirkan apa arti dari sebuah usaha"
aku mendongak ke mukanya,
"Aku terus berusaha, tapi nyatanya dia terus menghindar dariku. Aku letih" aku menimpal,
"Aku iba padamu"
"Aku tak perlu menerima belas kasihan dari siapapun" Aku pergi sambil membawa bungkusan belanja yang dititipkan ibuku.

Hubunganku dengan Rasa tidak terlalu baik beberapa minggu ke depannya. Rasa memang gadis yang dewasa dan penyabar. Namun, baru saat ini aku melihat dia melewati batas kesabarannya.
Aku menghabiskan liburanku dengan menonton TV, menulis, dan bermain piano untuk nenek. Aku jarang membuka facebook hanya untuk mencari orang yang sudah tidak ada menurutku. Namun, saat inilah bagiku yang bagai merupakan neraka dunia. Mungkin aku sanggup bernafas dan berjalan, dan melakukan aktifitas lainnya. Tetapi ada satu hal yang masih menyangkut di dalam benakku.

Satu hal..

bersambung


1 comments:

ana said...

wah ini siapa yang buat jek???
penasarannn
bisa aja lagi, di awal2 cerita gak dijelasin si Akunya kenapa :D
teruskan yaaa

Post a Comment